SELAMAT DATANG

Selamat datang ke Laman TTLS-LPPS FLORES, sebuah laman kecil untuk berbagi cerita, info dan kerinduan kami bersama orang-orang muda yang ingin mengembangkan Karya Tani sebagai suatu wirausaha yang menghargai karya pertanian sebagai karya yang bermartabat luhur.
Taman Tani Lestari Sesawi - LPPS FLORES adalah sebuah langkah sederhana di tengah kompleksnya bidang pertanian, yang adalah ibu yang melahirkan kehidupan. Kami tak bermaksud mengubah dunia pertanian, tetapi mengajak sahabat-sahabat untuk lebih mencintainya, mendukungnya dan kalau boleh membantu orang-orang muda tani di Flores untuk mengembangkan wira usaha di bidang yang satu ini.
Karena itu bersama Taman Tani Lestari "Sesawi" - LPPS Flores, kami mengajak sahabat-sahabat kami untuk berbagi, agar "Sesawi" tumbuhan kecil ini sungguh bertumbuh menjadi "pohon kehidupan", di mana banyak orang boleh bernaung, membuat 'sarang' dan mengalami hidup secara berlimpah.
Mari bergabung bersama kami, untuk bersama-sama menuju masa depan yang lebih cerah lewat pendidikan dan pelatihan ketrampilan manusia muda.

Mataloko, 22 Juli 2011
P. Anselm. Meo SVD

Friday, July 29, 2011

4. MINI FARMING : KETERBATASAN LAHAN TANI DAN PEMANFAATAN SECARA MAKSIMAL

Lahan Pertanian Sempit : Tantangan dan Peluang

Bukan rahasia lagi bahwa petani di wilayah ini memiliki lahan pertanian yang kecil, juga dengan kemiringan yang tajam, sehingga sesungguhnya tak layak menjadi lahan pertanian. Apa boleh buat? Petani perlu lahan, perlu tanah untuk diolah dan ditanam benih sehingga bisa memberikan nafkah bagi keluarga dan masyarakat. Jangan ditanya lagi tentang konflik tegal tanah dan lahan pertanian, yang melahirkan perang tanding, dan kebencian antar anggota keluarga. Tanah memang vital bagi manusia dan kepemilikan atas tanah menjadi isu yang harus selalu ditanggapi dengan bijak, cermat dan hati-hati.
Sementara itu secara kasat mata, kita juga melihat adanya kepemilikan tanah yang luas di wilayah ini yang dikuasai oleh segelintir orang dan sejumlah lembaga, entah dijadikan sebagai milik karena dibeli ataupun dijadikan milik karena dihibahkan atau digunakan dengan prinsip Hak Guna Usaha. Pada kelompok yang saya sebutkan ini, seringkali disaksikan bahwa tanah dibiarkan tak diolah, menjadi lahan tidur, ditumbuhi rerumputan, dan sering dibiarkan bertahun-tahun.

Tantangan seperti ini ditambah lagi menjadi derita atas tanah, ketika begitu banyak zat kimia dimasukkan ke dalam ibu pertiwi ini, sehingga tanah lama kelamaan makin kurus, berbahaya dan mengancam kelestarian lingkungan serta mengancam kehidupan.

Inilah tantangan yang kita hadapi berkaitan dengan tanah. Tantangan ini seyogyanya memacu kita untuk melihat barangkali ada peluang yang kita pikirkan untuk mengusahakannya.

Taman Tani Lestari Sesawi-LPPS Flores, mengamini kenyataan dan tantangan ini dan mencoba alternatip ini: mengusahakan sebuah konsep mini farming, yang dikelola secara terpadu, lestari, organik dan saling mendukung untuk menghasilkan pangan berkualitas dan akrab lingkungan serta tanah.

Mini Farming : Dikembangkan di Lahan Kecil, Kelompok Kecil dan Terpadu- Lestari-Organik Bak Biji Sesawi

Bagaimana dengan Taman Tani ini? Harap tak berpikir hebat dengan kompleks luas berhektar-hektar. Taman Tani ini dikelola secara kecil-kecilan. Luas tanahnya cuma 60x20 m2. Ditambah di sana sini lahan sewa atau pakai bersama pemiliknya untuk dijadikan kebun pakan penyokong usaha tani di sini, seperti sawah organik, ladang jagung dan kebun kedelai.

Di atas lahan yang sempit ini dibangun Peternakan Babi dengan kandang perindukan seluas hanya 12x10 m2 dan masih akan dibangun kandang untuk penggemukan babi juga dengan ukuran yang sama. Di bagian luar kandang ini dibangun kolam ikan lele permanen, dan kandang bebek/itik serta kandang ayam. Lahan untuk pertanian hortikultur memang amat sempit, tapi juga menggunakan sistem vertikultur.

Untuk memenuhi kebutuhan air, Taman Tani ini menggunakan air pembuangan yang dimiliki Kemah Tabor Mataloko yang mengisinkan kami menggunakannya, sehingga kami menampungnya di kolam, yang bisa dipakai lagi.

Konsep ini diadopsi karena terinspirasi oleh nama yang dipakai di sini, SESAWI, nama yang Yesus Tuhan dan Guru pakai ketika mengungkapkan tentang misteri Kerajaan Allah. Kecil, mini itu indah, kata orang. Dan Taman ini kecil, diharapkan menjadi tulang punggung kelanjutan Bea Siswa Solidaritas Sesawi Flores, yang adalah orang kecil yang berkomitmen untuk melayani orang kecil, miskin dan tinggal di pedesaan.

Copyright @ Ledalero, 18 Juli 2011, by Anselm Meo SVD

Friday, July 22, 2011

3. PETANI KECIL DAN SUSAHNYA MENDAPATKAN MODAL USAHA

Visi untuk Meyakinkan Pemodal Membantu dengan Uangnya : P. Hermens SVD

Menulis artikel ini, pikiran saya kembali kepada inspirator saya yang kini telah tiada. Makamnya persis berada di belakang Kemah Tabor Mataloko, yang juga berseberangan dengan Taman Tani Lestari Sesawi - LPPS FLORES, Alm. P. Hubertus Hermens SVD.

Ketika sedang gencar-gencarnya membangun Pengairan Zaa dan membangun pelabuhan rakyat Maumbawa di Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada, misionaris Belanda yang memiliki nama juga Makumaja, pernah berujuar begini, "Saya tak punya uang, saya punya visi dan saya menjelaskan visi itu kepada yang punya uang dan modal, yakni pemerintah dan pemodal, agar mereka diyakinkan untuk bisa tak tanggung-tanggung mengeluarkan uang dari saku dan kantong mereka".

Ucapannya ini memang benar, dan dilatarbelakangi olerh pemikiran dasar bahwa petani di wilayah ini memang susah mendapatkan modal usaha. Petani kecil apalagi yang tak punya lahan, memang perlukan uluran tangan pihak lain. Bukan karena mereka tak punya potensi dan kemampuan, tetapi karena pemahaman positif bahwa karya mereka adalah karya vital penyedia pangan untuk kehidupan masyarakat, yang tanpa karya itu kita semua termasuk pemerintah dan pemodal tak akan bisa bertahan hidup.

Taman Tani ini coba dibangun di atas visi Pastoral Pertanian sebagai karya untuk melayani kehidupan dengan menyadarkan para petani terutama petani muda bahwa karya di bidang ini adalah karya yang secara langsung melayani kehidupan, karena mereka menyediakan pangan untuk kehidupan sesamanya. Hasil karya para petani (juga mencakup peternak dan nelayan)  itulah yang akan sampai ke meja-meja perjamuan, entah di gubuk reyot sang petani sendiri, maupun di ruang perjamuan berlapis emas di hotel berbintang, di gedung-gedung pemerintah.

Di Eropah kelompok petani memang tak miskin, karena umunya lahan pertanian mereka luas dilengkapi dengan peralatan yang canggih. Petani di sana dilindungi, dimodali dan dijaga agar yang mereka hasilkan sungguh layak dikonsumsi oleh masyarakat negaranya. Hasil pertanian di sana diutamakan untuk digunakan sebagai bahan yang dikonsumsi masyarakatnya. Sponsor sprti bank dengan spanduk spanduknya ada di ladang petani. Artinya petani di sana dilindungi, diberi modal agar memproduksi hasil yang pantas dan sehat untuk menjadi bahan makanan rakyatnya.

Petani Kita Susah Mendapatkan Modal Usaha

Bagaimana dengan petani kita? Saya ingat kesadaran diri Gereja wilayah ini yang tahu bahwa uamatnya adalah adalah sebagaian besar petani, miskin dan tinggal di pedesaan. Sebenarnya sebuah titik tolak yang strategis, karena Gereja kenal situasi, kenal dirinya, walau tak nampak sungguh penanganan pastoral di bidang yang menjadi mayoritas umat ini.

Tentang modal, lebih miris lagi. Saya pernah duduk bersama direktur sebuah bank di sini berjam-jam menjelaskan visi usaha ini. Ia mau memberikan modal untuk dikembangkan, dengan janji angka yang membuat kepalaku bingung dan pusing. Tetapi ketika saat itu datang, pinjaman tak kunjung datang, dijelaskan bahwa Bank ini takut hasilnya nanti susah dijual dan menjadi kredit macet.

Rupanya inilah soalnya. Hasil petani akan bertumpuk, tetapi kalau bahan makanan wilayah ini masih "didatangkan dari luar daerah" maka kata direktur bank tadi benar.Kalau petani diberi modal usaha, maka keran perdagangan bahan makanan harus diprioritaskan untuk hasil usaha petani di wilayah ini.

Pengalaman saya di atas sebenarnya menjadi gambaran umum keadaan para petani kecil di wilayah ini. Siapa yang bisa membantu mengatasinya? Tentu saja para pengambil keputusan, pemerintah dan wakil rakyat. Saya berangan, kalau saja beras gaji PNS dibeli dari petani di wilayah ini, maka gairah untuk menamam padi menjadi bernyala. Dan mereka yang menikmati makanan itu tak ada keluhan lagi bahwa nasinya hanya layak diberi kepada ternak.

Petani Sungguh Butuh Modal Usaha
Tulisan ini adalah sebuah ajakan yang mengetuk hati para pemerintah, pemodal untuk membantu petani secara nyata. Dalam pengalaman saya dan Taman Tani ini, bantuan bagi petani bisa diberikan sbb:
  1. Modal usaha tani: Modal ini bisa berupa uang, tapi juga berupa barang seperti benih berkualitas, alat kerja, yang diberikan sesuai kebutuhan. Pembentukan kelompok memang bisa diandalkan, tetapi kelompok dadakan hendaknya ditelusuri. Bank, koperasi, seharuisnya bisa percya dan mencintai petani. Carilah petani yang mampu mengembangkan usahanya, dan bersama dia bisa dilanjutkan kepada petani lainnya, agar mereka belajar darinya.
  2. Menyiapkan kader tani yang berkomitmen: Karya tani di jaman ini dengan lahan kecil memang tak mudah. Butuh ketrampilan dan komitmen untuk mengembangkan pertanian yang membuat orang sehat, dengan sesedikit mungkin menggunakan bahan bahan kimia yang berbahaya bagi tanah kita. Ada banyak lembaga yang mau menyiapkan kesempatan untuk pelatihan ini. Taman Tani ini sendiri membuka kesempatan untuk pelatihan kader ini, agar karya di bidang pertanian menjadi karya yang menyelamatkan orang, bukan karya yang 'mematikan" baik bagi petani sendiri maupun bagi orang yang menikmati hasil pertanian mereka.
  3. Keputusan strategis yang berpihak pada petani: Kalau pemodal dan pemerintah wilayah ini mulai membantu petani dengan modal, dengan alat kerja, seyogyanya disertai juga dengan keputusan-keputusan strategis untuk melindungi petani dan karya mereka. Keran perdagangan beras antar pulau diatur, agar konsumsi kita diutamakan dari beras di wilayah ini. Kekuranganlah yang diisi. Gaji PNS pakailah bahan lokal yang berkualitas. Kita memang tak terbiasa melindungi konsumen, makanya kita tak peduli orang jual apa di toko, di pasar, sehat ataukah beracun.
  4. Menciptakan jejaringan kerja antara lembaga teknis pemerintah, dan petani serta Gereja. Tentang hal ini perhatian jangan hanya diberi kepada yang bernama lembaga, tapi juga kepada yang tak punya lembaga resmi, tetapi hasl usahanya dirasakan untuk kepentingan orang banyak.
Dan untuk semua pihak yang tergerak membantu kami dengan modal, kami mengundang untuk bergabung bersama kami. Taman Tani ini mulai dengan modal kepercayaan pengusaha lokal yang mendrop bahan bangunan tanpa jaminan sedikitpun. Juga rekan yang percaya bahwa karya ini bermanfaat.Kini kelihatan mulai menghasilkan, dimulai dengan tanpa modal, karena para pemodal bahkan pemberi tanda tangan tak sudi memberikannya.

Copyright © Ledalero, 18 Juli 2011 by Ansel Meo SVD

2. PENGELOLAAN PEMBIBITAN TERNAK BABI : UNTUK MENYOKONG BEA SISWA SOLIDARITAS SESAWI FLORES DAN PENYIAPAN BIBIT BERKUALITAS UNTUK MASYARAKAT

Ternak Babi : Usaha Utama Taman Tani Lestari

Usaha utama yang diselenggarakan di Taman Tani ini adalah usaha ternak babi, yang secara khusus dimaksudkan untuk menyiapkan bibit ternak babi yang berkualitas dan layak disebarkan kepada masyarakat luas. Usaha ternak inilah yang diharapkan menjadi sumber utama pendapatan Taman Tani ini beserta pilihan strategis karya pelayanan yang digariskannya, yakni menopang pengadaan bea siswa solidaritas bagi anak-anak dari keluarga yang membantu menanganinya, maupun bagi anak anak lain yang hendak ditolong melalui program bea siswa solidaritas Sesawi Flores (BS3F).

Mengapa ternak babi yang dipilih?

Bukan rahasia lagi bahwa wilayah Flores umumnya dan secara khusus wilayah Kabupaten Ngada, masyarakatnya membutuhkan ternak babi dalam segala kegiatannya, baik di bidang agama, sosial kemasyarakatan, adat budaya maupun dalam relasi persahabatan. Daging Babi adalah sungguhan penting dalam setiap jamuan persaudaraan, dan hewan penting dalam semua hajatan budaya masyarakatnya.

Belum lagi kalau dilihat sebagai program unggulan pemerintah Nusa Tenggara Timur yang telah mencangangkan Desa Anggur Merahnya ataupun program Kabupaten Ngada dengan nama Peraknya. Muatan terpenting dalam kedua program ini ialah bawa Ternak (tentu juga ternak babi) menjadi suaha yang diharapkan menjadi jalan keluar program pengentasan kemiskinan msayarakat.

Betapapun penting, pengalaman membuktikan bahwa pengelolaan usaha ternak babi belum ditangani secara baik dan masih dikelola secara tradisional, pembibitannya masih tak diperhatikan dan kalaupun dikelola secara modern, pengeluarannya sangat besar karena pakannya mesti didatangkan dari luar wilayah ini.

Dalam masyarakat, memelihara babi memang diminati namun dilihat sebagai usaha yang butyuhkan waktu, tak direncanakan dan menimbulkan masalah ekologis karena menyebarkan bau tak sedap dan mencemari lingkungan.

Hal lain yang juga penting ialah soal kader yang berminat, telaten dan trampil dengan skill yang memadai dan memiliki etos kerja yang bagus.


Berangkat dari konsep pastoral pertanian yang selaras alam, Taman Tani ini mengembangkan usaha peternakan babi sebagai program utamanya dan usaha bidang lainnya sebagai penopangnya, seperti kebun jagung dan kedelai, kebun buah dalam konsep KEBUN PAKAN HIDUP, termasuk pagar hidup sebagai bahan pakan ternak babi di sini. Usaha pendukung lainnya yang menyertai Ternak ini ialah Sawah Organik, kebun sayur organik baik yang dikembangkan secara biasa maupun secara vertikultur. Juga kolam ikan untuk mensuplai kebutuhan akan tepung ikan, dan pengolahan minyak goreng dari kelapa demi mendapatkan ampas kelapa sebagai pakan ternak ini.

Hadirnya sub bidang penyerta usaha ternak ini, memungkinkan Taman Tani ini juga mengolah pupuk bokasi baik padat maupun cair yang bramah lingkungan dengan memanfaatkan semua hasil sisa atau residu ternak babi di sini.

Tujuan Peternakan Babi di Taman Tani ini

Peternakan Babi di Taman Tani Lestari "Sesawi" - LPPS FLORES ini dijalankan dengan harapan agar boleh merealisasikan tujuan dan komitmen Taman Tani ini. Beberapa di antaranya adalah:
  1. Menyiapkan bibit babi berkualitas untuk pengembangan Taman Tani dan konsernya maupun untuk disebarkan kepada masyarakat luas. Dalam kerangka berpikir inilah secara jangka panjang, peternakan ini akan mengembangkan jenis babi unggul yang cepat besar, tidak kawin sedarah, dan mampu beradaptasi dengan makanan lokalnya. Untuk sementara, Taman Tani ini mengembangkan jenis babi Batam, Babi Durox, dan jenis babi VdL, juga hasil persilangan di antara mereka. Dalam jangka panjang, cara IB juga menjadi opsi yang hendak dikembangkan di Taman Tani ini.
  2. Mengembangkan cara beternak babi yang akrab lingkungan, berkualitas, dengan menggunakan bahan pakan lokal tetapi diolah dengan memenuhi standar gisi dan protein setiap fase pertumbuhan babi. Karena itulah, di Peternakan ini dikembangkan "Makanan Bibit" yang organik, lokal dan berkualitas tinggi tetapi murah. Bila peralatan memadai dengan bantuan pihak ketiga, Taman Tani ini hendak mengembangkan juga pengolahan pakan untuk peternak umunya.
  3. Menyiapkan dana pendidikan lestari bagi Bea Siswa Solidaritas Sesawi Flores (BS3F): Taman Tani serta usaha ternak babi ini lahir dari kandungan Program Bea Siswa Solidaritas Sesawi Flores (BS3F) besrta para alumninya. Karena itu hasil dari peternakan babi ini akan diarahkan langsung bagi penyediaan Bea Siswa.
  4. Menyokong konsep Pertanian Lestari Terpadu dan Organik: Peternakan ini dimulai setelah para alumni pelatihan pertanian organik The Learning Farm Yayasan Karang Widya Cianjur Jawa Barat menyelesaikan kursusnya dan kembali ke Flores. Beberpa alumninya sebelum kembali ke desa asalnya membaktikan diri di Taman Tani ini untuk mepersiapkan rekan-rekan mudanya untuk mengikuti jejak mereka ke Jawa Barat. Bersama mereka inilah konsep pertanian selaras alam, terpadu dan organik dikembangkan di sini.
  5. Menyiapkan kader Tani Muda yang berkomitmen kepada pertanian organik di wilayah ini: Kader Tani yang telaten, enerjik, maju dan cinta lingkungan perlu dilatih dan dididik. Inilah tempat bagi mereka yang berminat dan menghargai etos kerja serta secara terencana menyiapkan kehidupan keluarga mereka dengan penghasilan yang pasti.
  6. Aplikasi Pastoral Pembebasan dan Pemberdayaan gereja Lokal di bidang pertanian: Inilah mastermind dari usaha ini, bahwa karya pertanian yang bermartabat mesti dikembangkan sebagai usaha kita mengambil bahagian dalam karya Allah yang memberikan diriNya sebagai makanan bagi umatNya.
  Copyright © Ledalero, 17 Juli 2011 by Ansel Meo SVD

Thursday, July 21, 2011

1. TAMAN TANI : BAKTI UNTUK IBU DAN KARYA INTEGRAL PASTORAL GEREJA

"Petani adalah Ibu dan Pertanian itu ibu yang melahirkan kehidupan." Ungkapan inilah yang menjadi ide yang mendorong kami melahirkan Taman Tani Lestari Sesawi - LPPS FLORES, sebuah langkah kecil dan sederhana untuk mengajak kaum muda menghargai lagi pertanian sebagai yang karya penting untuk kehidupan yang bermartabat.

Tulisan ini berjudul Bakti Untuk Ibu. Sebuah pemahaman tentang dunia pertanian, petani sebagai Ibu, yang melahirkan, menafkahi, mendidik dan menghidupkan anak-anaknya. Hal ini saya tulis juga dalam blog Gubuk Pastor Tani, tentang Pastoral Pertanian, yang saya kutip lagi di sini.

Latar Belakang : Pastoral Pertanian Gereja

Dunia pertanian, yang bagi masyarakat menyediakan hasil bumi yang dibutuhkan sebagai rezeki sehari-hari, sungguh penting sekali. Kerja bercocok tanam menghadapi kesukaran-kesukaran yang cukup berat, termasuk usaha fisik tiada hentinya dan kadang sungguh melelahkan, lagipula kurang dihargai dari pihak masyarakat, sehingga menyebabkan kaum petani merasa diri tersisihkan dari masyarakat, dan mempercepat kendala perpindahan massal dari daerah pedesaan ke kota-kota dan yang patut disayangkan, menimbulkan kondisi-kondisi hidup yang justru makin kurang manusiawi. Di negeri-negeri tertentu yang sedang berkembang jutaan penduduk terpaksa mengolah tanah milik orang lain, dan dihisap oleh tuan-tuan tanah yang besar, tanpa harapan sama sekali akan mendapat tanah sejengkalpun bagi diri mereka sendiri. Tidak ada bentuk-bentuk perlindungan hukum bagi kaum buruh petani sendiri dan keluarga mereka bila sudah lanjut usia, sakit atau menganggur. Berhari-hari kerja keras fisik dibayar dengan upah yang sangat menyedihkan. Jadi perlulah menyiarkan dan memajukan martabat kerja, semua kerja tetapi khususnya kerja bercocok tanam. Sebab di situlah manusia dengan begitu jelas mengelola bumi yang diterimanya sebagai karunia Allah dan menegaskan kedaulatannya dalam dunia yang kelihatan (Laboren Exercens art 21).

Dalam dunia pertanian manusia menanam dan menyiram tanaman, namun Allahlah yang memberikan pertumbuhan (1Kor. 3:7). Kehidupan di alam ini bergantung semata-mata pada kemurahan hati Allah. Dalam kemurahan-Nya Ia mengasihi semua orang dan alam semesta adalah bukti kemurahan hati-Nya. Gereja yang dipanggil untuk meneruskan kebaikan dan kasih Allah kepada umat manusia sadar bahwa menyelamatkan umat manusia dari kehancuran bumi adalah pelaksanaan perintah cintakasih (Bdk. Yohanes 13:34-35).   Dalam ensikliknya yang pertama, Redemptor Hominis (Art.15 dan 16) Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa kepedulian terhadap lingkungan hidup dan keutuhan ciptaan adalah bagian hakiki dari Ajaran Sosial Gereja. Nota Pastoral KWI 2005, SAGKI 2005 dan APP 2008 mendorong seluruh umat dan semua pihak untuk menghadapi masalah lingkungan hidup dengan tindakan nyata. Kepedulian Gereja tidak terbatas pada himbauan dan arahan, tetapi juga dalam tindakan nyata dari Gereja setempat.  “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang jaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kekcemasan para murid Kristus juga” (GS. art.1).  Oleh karena itu, kehadiran Gereja ditengah-tengah umat manusia yang menderita ketidakadilan dan ancaman terhadap keutuhan ciptaan menjadi sangat nyata.

Gereja perlu menyadari bahwa kehadiran penyadaran kemanusiaan dalam hal tata kelola pertanian bukanlah pertama-tama persoalan teknis, tetapi bagaimana menyadarkan umat bersama masyarakat menemukan dan menata kembali pemanfaatan alam semesta yang berkeadilan sosial dan berkeutuhan ciptaan sehingga menjadi bermanfaat bagi peningkatan hidup manusia, yaitu terlepas dari kemiskinan, dan pada gilirannya mengembangkan kemampuan bertani dan pertanian yang berdaulat di tengah masyarakat.

Pastoral pertanian Gereja adalah bagian dari perwujudan iman dalam menyadarkan umat bersama masyarakat setempat untuk menghargai, menghormati dan memuliakan keutuhan ciptaan dengan menumbuhkan dan mengembangkan tindakan yang arif, cinta kasih dan berkeadilan terhadap manusia, tanah, air, dan makhluk hidup lainnya. Karena seluruh alam semesta adalah saudara dalam satu pencipta.

Untuk mendukung pemahaman seperti inilah, Taman Tani Lestari Sesawi - LPPS FLORES dihadirkan dengan sengaja.

Copyright © Ledalero, 22 Juli 2011, by Ansel Meo SVD